manusia tiga wajah - antonius richard

hmmmm
lagi ga ada kerjaan dan browsing di facebook
tiba-tiba ada senior di universitas yang nulis notes tentang manusia 3 wajah
jadi gw dapet renungan deh

tulisannya, bagus, banget

jadi tergerak untuk nulis dan share tentang hal ini ke bloggers
makin kesini, makin dewasa
emang yang dirasa adalah orang" makin punya banyak wajah
gabisa satu, gaboleh satu
mereka bilang itu "pengendalian diri"
karakter dan tingkah laku manusia berbeda-beda, semakin hari makin terasa
disitu kita harus bisa, mau, dan coba mengerti tentang orang lain
begitulah cara kita bersosialisasi

setiap orang punya sisi baik dan jahat
seharusnya begitu
hukum alam dan gabisa ditolak
dan kalo kamu ingin menerima sisi baik mereka, ya tentu aja kamu juga harus bisa nerima sisi jahatnya
begitulah hubungan nya

belakangan ini
hidup tanpa drama menjadi mustahil
dan
drama memang diangkat dari kisah nyata

kadang gw sendiri heran
kenapa beberapa orang bisa bersikap manis kepada orang lain sedetik sebelum dia ngomongin orang itu, di belakang

gw sendiri akhirnya lebih memilih diam
ga mendekat
di depan orang-orang kaya gitu
bukan secara fisik menjauh
tapi secara hati
buat gw, fisik tu bisa selalu deket
tapi hati, susah
kalo gw udah putusin untuk jauh, gw ga akan deket, bener-bener ga akan deket
gw akan menciptakan tembok super tinggi yang ga keliatan
mungkin ini salah satu pertahanan agar gw tetep bisa ada disuatu komunitas, betul?

hahahhahha serius ya
dan lagi, makin banyak orang ga lagi suka sama wajah mereka
wajah yang Tuhan ciptain dengan sepenuh hati, berbeda, detail, proporsi dan fungsi designnya, sempurna
miris liat orang korea punya alis sama semua, idung sama semua, dagu sama semua
kan, emang saat ini, kita ga cukup punya 1 wajah

gw, kira-kira punya 2, belum 3 kog
kalian punya berapa?

btw. ini tulisannya, selamat merenung! :]

"pernahkah kau bermimpi untuk mengganjilkan sosok yang genap ?"
 pertanyaan terakhirnya sebelum mati dan pergi.  Mengapa wajahmu terlihat tidak lagi peduli ?



Hari ini ia pergi menggenggam bungkusan tebal, bersembunyi dari senyuman wajah media. Kesedihan melandanya, tubuhnya dipenuhi luka dan peri, karena wajahnya hari ini dapat dihitung dengan jari.
Cinta, status, jabatan dan pencapaiannya tidaklah tersisa lagi, tempelan wajahnya kemudian mengering dan berlari-lari melepaskan diri dari wajahnya yang tidak ternilai kembali.
Hal ini melahirkan banyak kontroversi, ada yang sibuk meratapi, sisanya tertawa setengah mati. Pembicaraan akan bagaimana  caranya ia akan mati, dengan wajah yang tunggal tanpa arti. Bagaimana ia bisa menjalani hidup dalam komunitas nanti, membeli makan sehari-hari. sampai dengan cara ia bercanda dengan saudara saudari.

"Sosialisasi tidak lagi berarti, sosok satu wajah tidak lagi dihargai, beberapa orang yang tidak bertahan kemudian terlindas, tenggelam, dan kemudian mati. Budaya satu wajah sudah punah lama sekali, sebelum manusia berani meninggalkan bumi, dan memulai peradaban di sini"

Ia mengering kelaparan, lapar akan kehidupan, saat wajahnya sangat banyak dan mampu makan , membeli mimpi, harapan. saat wajah menjadi syarat segala cinta dan syarat kehidupan. Saat wajah mampu membeli ilmu dan semua harta.
Saat ia manusia seribu wajah.

Kemudian,
ia bercerita kepadaku akan mimpinya menjadi sebuah langit di angkasa,atau lebih indah bagiku menjadi telaga.
Mereka tidak pernah berdusta, berpura-pura saat hujan akan tiba, ceria ketika matahari bermain bersama, apa adanya ketika sekitar tidak lagi pernah jatuh cinta.
Wajah langit selalu sabar, menunggu awan datang , tidak bersembunyi ketika angin masalah datang dengan kencang, tidak bergeming ketika sahabatnya bumi akan tiada.

Kemudian wajah ketigaku tersenyum dan berkata padanya. Bahwa kau tidak butuh sebuah hidung untuk menjadi sebuah wajah, kau tidak butuh alis yang tebal, bibir dan yang mungil, mata yang besar, pipi yang merah dan merona  untuk memperkenalkan padaku bahwa kau membeli wajah yang baru.

Kau bukan dongeng, kau bukan ilusi maupun delusi, biarkan saja kepunahan yang tidak pernah peduli. Biarkan hobi properti yang kini menjajankan wajah palsu dan beku.

Memang manusia tanpa wajah pasti mati, wajah tunggal juga tidak dapat ditemukan, karena alam jua sudah tidak berwajah lagi. Sahabatmu tidak lagi dapat dimengerti, dengan harta sibuk berganti-ganti. Lalu penjajan make-up pun  beramai - ramai bunuh diri, saat kebusukan hanya mampu ditutupi dengan wajah yang diganti.

ia bertanya :
Apakah arti  sebuah wajah bagimu
aku pun tidak mengerti, jawabku.

Wajah keduaku memerih, minta disambungkan kembali (tentu saat semua orang sudah pergi) .
Sebab wajah pertama ini  muak dengan semua cinta palsu, harta, ilmu dan kesempatan dengan senyum munafik wajah yang ke seratus dua puluh lima.


Jadi biar saja kupotong wajah ini jadi tiga,
sebab genap adalah kesialan, dan menggenapkan satu adalah sebuah kejahatan.


hingga kini tidak lagi dikenali, mungkin mati seorang diri, namun pergi, dari kemunafikan dunia yang tiada henti.




_______________kepada semua yang tak henti berganti wajah

by Antonius Richard

Comments